REAKSI
REDOKS
·
Pernahkah Anda melihat
besi maupun seng berkarat?
· Benda perhiasan yang disepuh kembali karena warnanya yang pudar?
· Atau yang lebih sederhana ketika kita mengupas buah apel,
beberapa saat akan terjadi perubahan warna. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Semua kejadian atau peristiwa di atas merupakan contoh dari
reaksi oksidasi atau reduksi yang akrab kita sebut sebagai reaksi redoks.
Sesuai dengan perkembangannya, ada tiga konsep untuk menjelaskan
reaksi oksidasi reduksi (redoks). Konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
2. Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron.
3. Konsep redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi.
Berikut penjelasan sederhana untuk ketiga konsep reaksi oksidasi
reduksi (redoks) di atas.
Kata
kuncinya:
Oksidasi :
·
pelepasan elektron (
dalam reaksi elektron berada di ruas kanan )
·
menangkap oksigen
·
melepas Hidrogen
·
Bilangan Oksidasi
(Biloks)nya bertambah
Reduksi :
·
penangkapan elektron
(dalam reaksi elektron berada di ruas kiri )
·
melepas oksigen
·
menangkap Hidrogen
·
Bilangan Oksidasi
(Biloks)nya berkurang
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan
elektron secara berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya,
yang sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi
(kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh elektron). Reaksi ini merupakan
pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasi sama dengan elektron
yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi (oksidasi dan reduksi)
disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi
ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut
reaksi redoks.
Ada
tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi, yaitu kehilangan elektron,
memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen. Dalam pembahasan ini, kita
menggunakan definisi kehilangan elektron
Oksidasi
adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama perubahan
dari reaktan menjadi produk. Sebagai contoh, ketika logam Kalium bereaksi dengan
gas Klorin membentuk garam Kalium Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan satu
elektron yang kemudian akan digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
K
—–> K+ + e-
Ketika
Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam Kalium itu
telah teroksidasi menjadi kation Kalium.
Seperti halnya oksidasi, ada tiga definisi yang dapat digunakan
untuk menjelaskan reduksi, yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen,
ataumemperoleh hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh
elektron. Sebagai contoh, pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah
tangga, kation perak direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh
elektron. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ag+
+ e- ——> Ag
Ketika
mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa kation perak telah
tereduksi menjadi logam perak.
Baik
oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika
elektron tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya. Sebagai contoh,
reaksi yang terjadi antara logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :
Zn(s)
+ CuSO4(aq) ——> ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn(s)
+ Cu2+(aq) ——> Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh
:
Zn(s)
——> Zn2+(aq) + 2e-
Cu2+(aq)
+ 2e- ——> Cu(s)
1.
Perkembangan Konsep
Reduksi dan Oksidasi
a. Oksidasi-Reduksi sebagai Pengikatan
dan Pelepasan Oksigen
Pada awalnya, pengertian oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan oksigen.
Oksidasi adalah pengikat oksigen
Reduksi adalah pelepasan oksigen
Adapun
contoh yang terkait dengan reaksi oksidasi berdasarkan konsep ini adalah
sebagai berikut:
1) Perkaratan logam besi
Reaksi perkaratan logam besi:
4Fe(s)
+ 3O2(g) --> 2Fe2O3(s) [karat besi]
2) Pembakaran bahan bakar (misalnya
gas metana, minyak tanah, LPG, solar)
Reaksi pembakaran gas metana (CH4): akan menghasilkan
gas karbon dioksida dan uap air.
CH4(g) + O2(g) --> CO2(g) +
2H2O(g)
3) Oksidasi glukosa (C6H12O6)
dalam tubuh (respirasi). Di dalam tubuh, glukosa di pecah menjadi senyawa yang
lebih sederhana seperti carbon dioksida dan air.
C6H12O6(aq) + 6O2(g)
--> 6CO2(g) + 6H2O(l)
4) Oksidasi tembaga Cu, belarang S,
dan belerang dioksida SO2:
Cu(s) + O2(g) --> CuO(s)
S(s) + O2(g) --> SO2(g)
SO2(g) + O2(g) --> SO3(g)
5) Buah apel maupun pisang setelah dikupas akan berubah warna
menjadi kecoklatan
6) Minyak makan yang disimpan terlalu lama dan dalam kondisi
terbuka akan menyebabkan bau tengik hasil dari pengikatan oksigen (teroksidasi)
Senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi dengan oksigen
dinamakan oksida sehingga reaksi antara oksigen dan suatu unsur dinamakan
reaksi oksidasi. Karat besi adalah senyawa yang
terbentuk dari hasil reaksi antara besi dan oksigen
(besi oksida). Perkaratan besi merupakan salah satu contoh dari reaksi
oksidasi.
b. Oksidasi-Reduksi sebagai Pelepasan
dan Penerimaan Elektron
Dalam konsep redoks, peristiwa pelepasan elektron dinamakan
oksidasi, sedangkan peristiwa penerimaan elektron
dinamakan reduksi. Reaksi redoks pada peristiwa perkaratan besi dapat
dijelaskan dengan reaksi berikut:
Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contoh reaksi oksidasi :
1) Fe → Fe2+ + 2e
2) Ca → Ca2+ + 2e
3) 2 Cl- → Cl2 + 2e
Reduksi adalah reaksi penerimaan elektron
Contoh reaksi reduksi :
1) Fe3+ + 3e → Fe
2) S + 2e → S2-
3) Cl + e → Cl-
c. Reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan
Bilangan Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi dengan penambahan bilangan oksidasi
Reduksi adalah reaksi dengan pengurangan bilangan oksidasi
Reaksi oksidasi selalu disertai dengan reaksi reduksi, sehingga biasa
disebut reaksi redoks.
Contoh :
+2 biloks bertambah +4
┌──────────────┐
Fe2O3(s) + 3 CO(g) → 2 Fe + 3 CO2(g)
└────────────────┘
+3 biloks berkurang 0
Bilangan oksidasi Fe penurunan dari +3 menjadi 0, disebut
reduksi
Bilangan oksidasi C mengalami kenaikan dari +2 menjadi +4,
disebut oksidasi.
Zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi disebut oksidator
zat tersebut mengalami reduksi.
Zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi disebut reduktor
zat tersebut mengalami oksidasi
2. Konsep Bilangan Oksidasi
a. Pengertian
Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah bilangan bulat yang menyatakan muatan
yang disumbangkan oleh atom unsur tesebut kepada molekul atau ion yang
dibentuknya.
b. Aturan penentuan bilangan oksidasi
1) Bilangan oksidasi unsure bebas (atom atau molekul unsure)
adalah 0 (nol)
2) Bilangan oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan
muatan ionnya.
3) Jumlah bilangan oksidasi semua atom atau unsur dalam molekul
atau senyawa adalah 0 (nol), misalnya pada senyawa MgO jumlah bilangan oksidasi
unsure Mg dan O sama dengan nol. Sedangkan jumlah bilangan oksidasi untuk atom
atau unsur pembentuk ion poliatom sama dengan muatan ion poliatomnya, misalnya
pada ion NH4+ jumlah bilangan oksidasi unsur N dan H
adalah +1
Tentukan
biloks S pada H2SO4, jika diketahui bilangan oksidasi H2SO4
= 0?
Jawab :
(2 x BO H) + (1 x BO S) +
(4 x BO O) = 0
(2 x 1) + (1 x BO S) + (4
x (-2)) = 0
2 + BO S - 8 = 0
BO S = +6
4) Bilangan oksidasi unsur golongan IA adalah +1, dan unsur
golongan IIA adalah +2. Misalnya, bilangan oksidasi Na pada NaCl, NaOH, Na2SO4
dalah +1. Sedangkan bilangan oksidasi Ca pada CaO, CaCl2, CaSO4,
Ca(OH)2 adalah +2.
5) Bilangan oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner
adalah -2, misalnya bilangan oksidasi S pada H2S, Na2S,
dan MgS adalah -2. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA pada senyawa biner
adalah -1. Misalnya bilangan oksidasi Cl pada senyawa NaCl, CaCl2,
MgCl2, HCl, FeCl3 adalah -1.
6) Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanua adalah +1. Misalnya
bilangan oksidasi unsur H pada senyawa HCl, H2O, H2S, dan
NH3 adalah +1. Sedangkan bilangan oksidasi unsur H pada senyawa
hidrida adalah -1. Misalnya bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2,
AlH3 adalah -1.
7) Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2, kecuali
pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasi O nya adalah +2. Bilangan
oksidasi unsur O pada senyawa peroksida seperti H2O2 dan
BaO2 adalah -1.
3. Reaksi disproporsionasi dan reaksi
konproporsionasi
a. Reaksi disproporsionasi ( autoredoks ) adalah reaksi redoks
yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi sebagian dari zat
tersebut mengalami oksidsi dan sebagian lagi mengalami reduksi.
Contoh :
0 biloks turun -1
┌─────────────────┐
Cl2(g) + 2 NaOH(aq) → NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
└─────────────────────────┘
0 biloks naik +1
b.
Reaksi Konproporsionasi adalah reaksi redoks yang hasil reduksi dan oksidasinya
merupakan zat yang sama.
Contoh :
-2 biloks naik 0
┌───────────┐
H2S + SO2 → S + H2O
└───────┘
+4 biloks turun 0
4.
Tata Nama IUPAC
Banyak unsur yang dapat membentuk senyawa dengan lebih dari satu
macam tingkat oksidasi. Salah satu cara yang disarankan IUPAC untuk membedakan
senyawa-senyawa seperti itu adalah dengan menuliskan bilangan oksidasinya dalam
tanda kurung dengan angka romawi. Perhatikanlah contoh-contoh berikut:
a.
Senyawa Ion
Cu₂S : Tembaga(I)Sulfida
CuS : Tembaga(II)Sulfida
FeSO₄ : Besi(II)Sulfat
b.
Senyawa Kovalen
N₂O : Nitrogen(I)Oksida
P₂O₅ : Fosforus(v)Oksida
Namun demikian, tata nama senyawa kovalen biner yang lebih umum
digunakan adalah dengan cara menyebutkan angka indeksnya. Dengan cara ini,
senyawa kovalen di atas diberi nama sebagai berikut:
N₂O : dinitrogen monoksida
P₂O₅ : difosforus
pentaoksida
5.
Pengolahan Air Kotor
Pernahkah Anda mengamati air sungai di desa atau di hutan?
Umumnya air sungai di sana bersih, sehingga dapat digunakan untuk keperluan
sehari-hari sepertiuntuk mencuci, untuk mandi, bahkan untuk air minum. Tidak
demikian halnya dengan di daerah perkitaan atau daerah industri. Air sungai di
daerah itu seringkali kotor dan berbau tidak sedap. Hal itu terjadi karena
banyaknya sampah atau limbah yang dibuang ke saluran air dan akhirnya masuk ke
sungai. Di negara maju, air harus diolah terlabih dahulu sebelum dialirkan ke
sungai, sehingga sungainya tetap bersih dan dapat digunakan untuk rekreasi.
Salah satu jenis limbah dalam air kotor adalah limbah organik,
yaitu limbah yang merupakan sisa-sisa makhluk hidup. Limbah seperti itu dapat
berasal dari rumah tanga maupun industri. Limbah organik dapat diolah dengan
memanfaatkan aksi bakteri pengurai yang disebut bakteri aerob. Air kotor (sewage)
mengandung berbagai macam limba, seperti bahan organik, lumpur, minyak, oli,
bakteri patogen, virus, garam-garaman, pestisida, detergen, logam berat, dan
berbagai macam limbah plastik. Oleh karena itu, air kotor harus diproses untuk
mengurangi sebanyak mungkin limbah-limbah tersebut.
Berbagai macam parameter digunakan untuk menggambarkan keadaan
air limbah. Misalnya kekeruhan, zat padat tersuspensi, kandungan zat pada
terlarut, kesamaan (pH), jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen =DO),
dan kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand = BOD).
Do adalah ukuran jumlah oksigen terlarut. Oksigen terlarut dapat
berasal dari uadra atau dari hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut
ini dibutuhkan oleh hewan-hewan air untuk pernafasannya. Hewan-hewan air dapat
bertahan hidup jila kandungan oksigen terlarut (DO) tidak kurang dari 5 ppm.
Oksigen terlarut juga digunakan oleh bakteri aerob dalam menguraikan sampah
organik (oxygen-demanding materalis) yang terdapat di dalam air. Banyak
oksigen yang diperlukan oleh bakteri aerob untuk menuraikan sampah organik
dalam suatu contoh air disebut BOD. Semakin banyak sampah organik dalam air,
semakin besar nilai BOD. Sebaliknya, kandungan oksigen terlarut (DO) akan
semakin kecil.
Pengolahan air limbah dapat dibagai dalam tiga tahap, yaitu
tahap primer, sekunder, dan tersier. Pengolahan tahap primer dimaksudkan untuk
memisahkan sampah yang tidak larut an pengendapan(sedimentasi). Tahap sekunder
dimaksudkan untuk menghilangkan BOD, yaitu dengan cara mengoksidasinya.
Selanjutnya, tahap tersier dimaksudkan untuk menghilangkan sampah lain yang
masih ada, seperti limbah organic beracun, logam berat, dan bakteri. Pengolahan
tahap tersier dilakukan untuk pegolahan air bersih. Pada bagian berikut akan
dibahas salah satu cara perngolahan air limbah pada tahap sekunder, yaitu cara
Lumpur aktif (activated sludge process).
Lumpur aktif adalah Lumpur yang kaya dengan bakteri aerob, yatiu
bakteri yang dapat menguraikan limbah organik dengan cara mengalami biodegenari
(oxygen-demanding materials).
Bakteri aerob mengubah sampah organik dalam air menjadi biomassa
dari gas CO2. sementara nitrogen organik diubah menjadi ammonium dan
nitrat, fosforus organik diubah menjadi fosfat.
Biomassa hasil degradasi tetap berada dalam tangki aerasi hingga
bekteri melewati massa pertumbuha cepatnya (lonh phase). Setelah itu
akan mengalami flokulasi membentuk padatan yang lebih mudah mengendap. Dari
tangki pengendapan, sebagian lumpur dibuang, sebagian lain disirkulasikan ke
dalam tangki aerasi. Kombinasi antara bakteri dalam konsentrasi tinggi dan
lapar (dalam Lumpur yang disirkulasi) dengan jumlah nutrient yang banyak (dalam
air kotor), memungkinkan penguraian dapat berlangsung dengan cepat. Penguraian
dengan metode Lumpur aktif hanya memerlukan beberapa jam, jauh lebih cepat
dibandingkan dengan penguraian serupa yang terjadi secara alami dalam selokan
atau air sungai.